Pekerjaan itu seperti makanan. Keduanya dibutuhkan setiap hari. Jika dalam sehari kita tidak bekerja atau tidak makan sama sekali, kita akan merasa ada sesuatu yang kurang lengkap di hari itu. Tidak bekerja dalam waktu yang lama akan membuat kita merasa useless atau meaningless. Tidak makan dalam waktu yang lama akan membuat kita kelaparan dan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang melemah. Pekerjaan dan makanan sama-sama berperan penting dalam memberikan energi bagi kehidupan manusia.
Terkadang, ada makanan yang rasanya sangat tidak kita suka, tapi sebenarnya ia baik dan bermanfaat bagi kesehatan kita. Tidak hanya anak kecil, tetapi orang dewasa juga banyak yang tidak suka sayur, karena rasanya tawar atau pahit. Namun, walaupun pahit, sayur baik bagi kelancaran pencernaan tubuh kita. Sebaliknya, ada makanan yang rasanya sangat manis, lezat, dan memanjakan lidah, tapi sebenarnya ia sangat tidak menyehatkan. Makanan-makanan berlemak pada umumnya menyuguhkan rasa yang menyenangkan bagi lidah kita, namun juga bisa membahayakan kesehatan jantung jika dikonsumsi secara berlebihan.
Demikian pula dengan pekerjaan: ada hal-hal yang kita sangat tidak suka untuk kerjakan tapi sebenarnya ia baik bagi pembentukan dan pertumbuhan karakter kita. Kadangkala pekerjaan-pekerjaan yang kita tidak suka lakukan-lah yang justru melatih kesabaran, ketekunan, dan kesungguhan kita. Namun sebaliknya, ada pekerjaan yang sangat menyenangkan untuk dikerjakan tetapi sebenarnya ia hanya menjebak kita dalam zona nyaman dan tidak membantu apapun untuk pertumbuhan karakter kita.
Kadangkala di pekerjaan ada hal-hal yang harus kita lakukan yang sama sekali tidak berhubungan dengan bakat atau keahlian terbaik kita. Hal-hal tersebut mungkin tidak terlalu menantang dan sering kita anggap remeh atau sepele. Mereka menuntut sebagian besar energi dan waktu, dan hanya sebagian kecil saja kemampuan otak kita. Pekerjaan-pekerjaan seperti inilah yang seringkali justru berurusan dengan karakter kita. Mereka sedang mengasah kecerdasan emosional dan spiritual lebih daripada kecerdasan intelektual kita. Dalam pekerjaan apapun (tidak peduli apakah bergengsi/mendatangkan banyak uang atau tidak sama sekali), selalu ada bagian-bagian yang tidak menyenangkan untuk dikerjakan, tapi kita harus tetap melakukannya karena hanya dengan demikian-lah kita sedang ‘memaksa’ diri sendiri keluar dari kenyamanan (atau kemalasan). Seringkali ketika sudah nyaman, orang cenderung lupa diri atau sombong. Di sinilah pentingnya kehadiran “pekerjaan yang tidak menyenangkan”, karena ia-lah yang akan memberitahukan apakah kita sudah cukup rendah hati selama ini.
Jadi inti dari semuanya adalah: bersyukurlah dengan apapun jenis pekerjaan kita saat ini (apakah menyenangkan atau membosankan, ringan atau berat, mudah atau susah). Jangan mengeluh atau membanding-bandingkan dengan pekerjaan orang lain. Jalani pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh dan senang hati. Pekerjaan kita juga adalah anugerah dari Tuhan karena itu lakukan semuanya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
(Kolose 3:23)