Bhinneka Tunggal Ika ternyata tidak hanya menjadi semboyan bagi bangsa Indonesia, tetapi ia juga sangat relevan alias nyambung dengan kehidupan manusia, di seluruh muka bumi. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat eksklusif, tetapi inklusif. Bagaimana menjelaskannya?
Ilustrasinya sederhana. Dalam diri seorang individu manusia, terdapat banyak anggota tubuh. Ada kepala, badan, tangan, dan kaki. Bagian kepala masih dibagi lagi, yaitu terdiri dari otak, rambut, mata, hidung, telinga, dan mulut. Bagian badan dibagi menjadi dada, punggung, dan perut. Di bagian tangan ada lengan, telapak, dan jari tangan. Di bagian kaki juga ada tungkai, tumit, telapak, dan jari kaki. Semua bagian tersebut masih bisa dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Misalnya mata, di dalamnya ada bola mata, lensa, retina, pupil, iris, dsb. Di mulut juga masih ada gigi, gusi, lidah, dsb. Banyak sekali bukan? Silakan lanjutkan sendiri hingga Anda lelah menghitungnya 🙂
Yang luar biasa adalah: setiap bagian tersebut tidak ada yang sama persis. Setiap bagian punya fungsi yang berbeda satu sama lain. Setiap bagian diciptakan untuk tujuan yang spesifik. Justru karena mereka berbeda, mereka jadi bisa saling melengkapi dan mendukung. Jika semua jari tangan kita hanya terdiri dari jempol saja, maka tangan kita tidak akan berfungsi dengan maksimal. Justru karena mereka berbeda, mereka tidak bisa iri hati satu sama lain. Mata tidak bisa berkata kepada kaki, “Mengapa kamu selalu mendapatkan sepatu yang mahal dan indah?”. Justru ketika satu anggota sedang sakit, seluruh tubuh akan ikut menderita. Pernahkah Anda sakit gigi? Rasanya menderita sekali, bukan? Saat sakit gigi, mulut tidak bisa menerima makanan dengan baik, akibatnya seluruh tubuh bisa kekurangan energi dan mudah terserang penyakit. Justru bagian yang paling kecil dan terlihat lemah-lah yang paling dibutuhkan. Gigi (lagi) adalah bagian yang kecil dan sepertinya remeh, namun jika satu gigi saja tanggal, seorang yang merasa paling tampan sekalipun akan segera kehilangan ‘dunia’-nya. Oleh sebab itu, setiap anggota tubuh tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tidak boleh ada perpecahan di dalam tubuh kita. Ketiadaan satu anggota tubuh akan berdampak fatal dan bisa membahayakan kehidupan kita. Namun sebaliknya, jika setiap anggota menjalankan fungsinya masing-masing tanpa ada iri hati atau cemburu terhadap anggota yang lain, dan bersama-sama menyatukan kekuatan/keunikan masing-masing, maka niscaya setiap tugas/misi (seberat apapun itu) dan tujuan/visi (semustahil apapun itu) akan dapat terselesaikan dengan baik dan memuaskan! Ketika seseorang telah berhasil, maka yang dimuliakan bukanlah anggota-anggota tubuhnya, melainkan seluruh diri orang tersebut-lah yang menerima kemuliaan. Jika satu anggota menang, maka seluruh anggota yang lain juga ikut senang. Tidak ada satu anggota yang mencari kemenangan bagi dirinya sendiri.
Refleksi:
“Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua” selaras dengan “Walaupun banyak anggota, tetapi SATU tubuh”, artinya: Bhinneka Tunggal Ika sebenarnya ada di dalam diri SETIAP manusia. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga karena semboyan tersebut ternyata berlaku universal, tidak hanya di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika telah menjangkau semua lapisan masyarakat dunia, tanpa terkecuali. Di dalam diri setiap manusia di muka bumi mengalir ‘darah’ Bhinneka Tunggal Ika. Semua ras manusia dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari negroid, australoid, mongoloid hingga kaukasoid. Sama seperti posisi geografis Indonesia yang ada di tengah-tengah bumi, demikianlah seharusnya Indonesia menjadi pusat (sentral) yang terhormat dan terpandang di mata bangsa lain. Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus bangsa, jangan pernah lagi minder menjadi bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia menguasai dunia.
Artikel ini ditulis di Seoul, 9-12 Agustus 2013 dan dipublikasikan on-line pada 17 Agustus 2013 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang ke-68.
Pingback: Berkah dari Pemilu 2014 | Pearls of Mind