Apa yang terpikirkan di benak Anda ketika mendengarkan kata “penderitaan”? Atau, apa yang Anda rasakan saat mendengarnya? Hampir sebagian besar orang tidak senang saat mendengar kata “penderitaan”. Mendengar saja tidak senang, apalagi mengalaminya. Nobody interests with suffering.
Lalu bagaimana respon atau sikap kita seharusnya terhadap “penderitaan”? Apakah kita bisa menjauhi atau menghindarinya? Kalau “penderitaan” tidak mungkin absen dalam hidup manusia, artinya cara kita menghadapi “penderitaan” menjadi hal yang sangat penting dalam hidup. Pilihannya ada dua: “penderitaan” bisa menjadikan kita semakin hancur dan terpuruk, atau justru membuat kita bangkit dan semakin kuat. The choice is yours!
Rahasia 1: Penderitaan selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Fakta membuktikan bahwa kehidupan manusia tidak pernah lepas dari “penderitaan”. Jika kita masih diizinkan untuk hidup di dunia ini, itu artinya “penderitaan” pasti akan menjadi bagian hidup kita. Tidak ada seorangpun yang bebas dari “penderitaan”. Semua lapisan masyarakat, dari kelas ekonomi bawah sampai atas, dari pengemis hingga presiden, dari berbagai suku bangsa dan bahasa, tidak ada yang luput dari yang namanya “penderitaan”. Kita hanya akan benar-benar bebas dari “penderitaan” kalau masa “kontrak” kita di dunia ini sudah habis.
Rahasia 2: Penderitaan akan memunculkan kualitas terbaik dari seorang manusia.
Dari mana kita bisa mengetahui kualitas terbaik suatu barang atau benda? Mudah sekali. Berikan saja beban atau “penderitaan” padanya. Jika benda tersebut memiliki daya tahan terhadap “penderitaan” yang dibebankan padanya, maka benda tersebut memiliki kualitas yang unggul.
Sebuah arloji yang berkualitas memiliki daya tahan terhadap air (water resistant), sehingga ia bisa tetap digunakan saat cuaca buruk dan hujan lebat sekalipun, atau bahkan digunakan sambil berenang hingga kedalaman tertentu. Sebuah bangunan yang berkualitas memiliki daya tahan terhadap goncangan, sehingga ia bisa tetap kokoh berdiri saat gempa atau bahkan tsunami melandanya. Sebuah barang elektronik (laptop, handphone, camera, dll.) yang berkualitas memiliki daya tahan terhadap benturan, sehingga ia tidak rusak meskipun sering jatuh saat digunakan. Kalau Anda memiliki barang elektronik dan langsung rusak ketika pertamakali jatuh, berarti barang tersebut tidak berkualitas.
You know what? Ternyata, kualitas terbaik manusia juga dapat diketahui dari seberapa kuat ia menghadapi “penderitaan” yang terjadi dalam hidupnya.
Hal ini paling jelas terlihat dalam kehidupan seorang binaragawan atau atlet. Untuk meraih kesuksesan dalam bidang yang mereka geluti (sepakbola, basket, renang, gym, dll.), mereka harus tahan menderita. Sangat tidak mungkin seorang atlet angkat besi dapat meraih emas di Olimpiade jika hanya berlatih mengangkat 1 kg barbell setiap harinya. Demi berlomba-lomba menjadi pemain sepakbola terbaik di dunia, seorang atlet sepakbola harus berlatih keras untuk menendang bola dengan benar setiap hari. Tidak hanya itu, para olahragawan juga harus “tahan menderita” untuk tidak mengkonsumsi berbagai makanan yang sebenarnya mungkin sangat mereka gemari demi menjaga bentuk tubuh dan berat badan tetap ideal demi menjaga agar kondisi selalu prima saat bertanding.
Rahasia 3: Penderitaan akan membuktikan kemurnian dan kesetiaan iman seseorang.
Mudah sekali bagi seseorang untuk mengucap syukur di saat segala sesuatu baik-baik saja, terlebih di saat segala harapan dan keinginannya terwujud. Sebaliknya, seringkali tidak mudah untuk mengucap syukur di saat “penderitaan” datang dalam hidup. Banyak orang kemudian berpikir ulang tentang keyakinan yang selama ini mereka pegang teguh. Mungkin beberapa orang baru akan berpikir tentang makna kehidupan di saat bencana terjadi dalam hidupnya.
Beberapa orang tidak menemukan jawaban yang memuaskan hingga akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan keyakinannya yang semula. Tidak ada harapan lagi. Semuanya seperti sia-sia saja. Bahkan, tidak sedikit orang yang kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sedih sekali.
Namun, hal yang melegakan adalah: tidak sedikit juga orang yang justru menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya setelah melewati berbagai “penderitaan” yang ‘diizinkan’ terjadi atas hidupnya. Mereka tidak kehilangan pengharapan. Mereka menyadari bahwa ada tujuan yang mulia di balik “penderitaan” yang mereka alami. Mereka yakin bahwa tidak untuk selamanya mereka mengalami “penderitaan”. Mereka melihat seberkas cahaya di balik kegelapan yang selama ini seolah menyelimuti mereka.
Akhirnya, orang-orang yang berhasil melewati “penderitaan” justru menjadi semakin kuat keyakinannya. Mereka tidak meninggalkan keyakinannya yang semula. Mereka menyadari bahwa semua “penderitaan” yang terjadi justru mendatangkan kebaikan atas hidup mereka. Tanpa ragu, mereka pun mengucap syukur karena telah diberi kehormatan untuk mengalami “penderitaan”, karena hanya dengan cara itulah kesetiaan dan kemurnian hati mereka benar-benar teruji.
Rahasia 4: Penderitaan akan mengalahkan musuh terbesar dalam hidup saya, yaitu diri saya sendiri.
Seseorang baru dapat dikatakan sebagai pemenang apabila ia telah menaklukkan dirinya sendiri. Musuh terbesar dalam hidup seorang manusia adalah dirinya sendiri. Setiap manusia mendambakan kebahagiaan yang sejati, namun di saat bersamaan keinginan demi keinginan terus bermunculan dalam diri mereka. Faktanya, sampai kapanpun keinginan tersebut tidak akan pernah terpuaskan. Secara alamiah, setiap manusia selalu berfokus pada kepentingan dan kebutuhannya sendiri lebih daripada orang lain.
Sampai akhirnya “penderitaan” itu datang. Di saat ia datang, ia menyadarkan kita bahwa manusia tidak bisa hidup dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Manusia saling membutuhkan satu sama lain. “Penderitaan”-lah yang akhirnya akan mengeluarkan manusia dari zona nyaman (comfort zone) serta meruntuhkan ego dan kesombongan manusia.
Bahkan, tidak hanya sampai di situ saja keajaiban yang dibuat oleh “penderitaan”. Setelah melewati “penderitaan”, kita akan cenderung menjadi lebih mudah menaruh belas kasihan pada orang lain. Pernahkah tiba-tiba Anda begitu tersentuh ketika melihat orang-orang mengalami “penderitaan” yang sama dengan yang Anda pernah alami? “Penderitaan” kini membuat fokus manusia berubah, dari ‘diri sendiri’ menjadi ke ‘sesama manusia’.
Rahasia 5: Penderitaan akan mendidik manusia untuk lebih menghargai kehidupan serta hidup di dunia dengan lebih bijaksana.
Seorang siswa datang terlambat ke sekolah. Keterlambatannya saat itu bukanlah untuk pertama kalinya. Telah berulangkali para guru mengingatkannya agar datang lebih awal. Namun, peringatan itu tak dihiraukannya. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk memberikan hukuman bagi siswa tersebut. Ia diharuskan untuk menulis di atas kertas: “SAYA BERJANJI TIDAK DATANG TERLAMBAT LAGI” sebanyak dua ribu kali! Bagi sang siswa, hukuman tersebut tentu saja merupakan “penderitaan”. Namun, tetap saja ia harus menanggungnya. Pihak sekolah bukan tanpa tujuan memberikan hukuman tersebut. Tindakan pendisiplinan yang diberikan mempunyai tujuan agar sang siswa jera dan tidak mengulangi lagi kesalahannya. Sang siswa ‘trauma’ dan tidak ingin menulis dua ribu kali lagi karena hukuman tersebut benar-benar membuatnya sangat lelah dan bosan. Sejak saat itu, sang siswa lebih menghargai waktu dan tidak lagi datang terlambat ke sekolah.
Seorang pecandu rokok yang semula menyombongkan diri dengan berkata, “Aku tidak akan mati karena rokok” akhirnya memutuskan untuk meninjau ulang lagi pernyataannya, setelah ia divonis oleh dokter mengalami sakit paru-paru kronis. Setelah vonis tersebut, sang pecandu memutuskan untuk tidak akan merokok lagi selama-lamanya. “Penderitaan” yang terjadi akhirnya membukakan pikirannya akan betapa berharganya hidup.
Rahasia 6: Penderitaan merupakan ekspresi tertinggi dari kasih yang murni.
Pembuktian terbaik dari kasih yang tertinggi adalah pengorbanan. Kalau Anda begitu mengasihi seseorang (bayangkan saja kekasih Anda), kasih Anda pada orang tersebut baru benar-benar terbukti ketika Anda rela mengorbankan sesuatu bagi-nya. Bahkan sesuatu yang sangat Anda gemari sekalipun akan Anda korbankan jika perlu. Ketika seorang pria benar-benar mengasihi wanita pujaannya, pasti ia tidak akan takut mengorbankan apapun yang dimilikinya: uang, tenaga, pikiran, hobi, waktu, bahkan nyawa-nya sendiri! Sebaliknya, jika ia takut menderita atau berkorban, maka kemurnian dan ketulusan kasihnya masih perlu dipertanyakan lagi.
Rahasia 7: Jangan pernah takut menghadapi penderitaan.
Menyadari bahwa “penderitaan” tak pernah bisa dipisahkan dari kehidupan manusia di segala golongan: kaya-miskin, tua-muda, tinggi-rendah, maka sesungguhnya tidak ada yang bisa kita banggakan dari hidup ini. Kehidupan di dunia identik dengan “penderitaan”. Semua harta atau tahta yang kita peroleh sifatnya hanya sementara. Kita tidak akan pernah bisa menikmati mereka selamanya. Oleh karena itu, tidaklah layak untuk menambatkan hati kita pada segala sesuatu yang tidak abadi. Dunia ini bukanlah rumah kita.
Bersyukur sekali Bapa di sorga telah menyediakan rumah yang jauh lebih baik bagi kita. Suatu tempat yang jauh lebih indah dan mulia dari bumi ini. Tempat kediaman abadi yang di dalamnya tidak ada lagi air mata “penderitaan”. KepadaNya-lah seharusnya kita menambatkan hati dan pengharapan kita.
Setelah merenungkan enam rahasia di atas, bagaimana perasaan Anda sekarang ketika mendengarkan kata “penderitaan”? Apakah masih sama dengan perasaan Anda dulu? Apakah masih ada ketakutan dan kegelisahan yang sama?
Jika jawaban Anda: “masih”, berarti bersyukurlah karena Anda mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk membaca dan merenungkan kembali keenam rahasia tersebut. Jika jawaban Anda: “tidak”, berarti bersyukurlah karena Anda telah menemukan rahasia yang ketujuh.
First written in Indonesia, on November – December, 2010
Updated in South Korea, on April, 2013